Wednesday, January 15, 2014

KISAH penebar Islam damai indah mencerahkan (islami.co)


pesan dari http://islami.co/
Dari kecil saya hidup di lingkungan pesantren. Ayah saya lulusan pesantren, pengasuh masjid dan guru madrasah. Ibu saya juga guru madrasah. Saya lebih akrab dengan bacaan berbahasa Arab ketimbang bahasa Indonesia. Hingga lulus aliyah (setingkat SMA), lemari saya dipenuhi kitab- kitab berbahasa Arab ketimbang buku-buku berbahasa Indonesia. Sejak kecil saya sekolah di madrasah: ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah.

Sejak kecil saya dididik fasih membaca Al-Qur'an, menghafal sejumlah hadist dan kitab-kitab. Singkatnya, saya dibesarkan di lingkungan yang sepenuhnya islami.

Islami di sini tidak berarti hidup dalam suasana yang melulu ibadah. Saya juga diajar bergaul dan bermain agar bisa belajar mengisi sisi kehidupan sosial saya. Saya diajar santun terhadap orang lain, karena begitulah sikap Nabi terhadap sesama. Saya diajar berbagi terhadap mereka yang membutuhkan, karena itulah yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadist-hadistnya. Islam yang saya kenal dari kecil adalah islam yang santun, toleran, dan solider terhadap sesama.

Namun sejak di Jakarta, saya menemukan sesuatu yang berbeda: Islam yang lain, yang jauh dari yang saya kenal sejak kecil hingga dewasa. Di Jakarta, untuk pertama kalinya saya saksikan Islam dan takbir diteriakkan dengan nada marah dan mengancam. Oleh PAM Swakarsa, tahun 1998, demi mendukung sebuah kekuasaan.

Di Jakarta pula, untuk pertama kalinya saya saksikan orang-orang beratribut Islam, baju putih dan kopiah, berpawai di jalanan dengan menang-menangan dan sedikit pongah. Padahal menjadi muslim dalam ajaran orang tua saya adalah santun dan senang mendahulukan orang lain, apalagi jika dalam balutan busana muslim.

Waktu kecil, di kampung saya, ketika seseorang mengenakan atribut/baju muslim, sarung dan kopiah, maka ia akan berperilaku dan bertindak hati-hati: santun, mendahulukan orang lain, jauh dari perilaku kasar dan omongan kotor. Karena ia sadar ia sedang menyandang Islam di tubuhnya. Tak boleh ia mencemarinya, atau mengotori kemuliaannya.

Di kampung saya waktu kecil, atribut Islam bisa membuat anak nakal menjadi (berperilaku) baik, orang berangasan bisa bertutur dengan lembut. Namun Islam yang saya kenal di Jakarta berbeda. Di kota ini ada organisasi berlabel Islam tapi tabiatnya suka mengancam dan menang-menangan. Di kota ini ada orang merasa Islam tapi mengafirkan orang yang sudah bersyahadat. Di kota ini ada orang yang jiwanya diliputi kebencian tapi merasa sedang berjihad di jalan Tuhan. Di kota ini, semua kontradiksi umat beragama seolah ada.

Ada situs bernama Islam yang hobinya menebar fitnah dan kebencian. Laporan-laporannya sepertinya lebih sering hasil imajinasi ketimbang investigasi. Ironisnya, banyak orang—khususnya anak muda—yang dipengaruhi.

pesan dari http://islami.co/
Sudah beberapa tahun ini saya gerah dengan situs-situs tersebut. Situs-situs yang mengimpor kebencian dan hasrat peperangan. Situs-situs yang mengobarkan nafsu amarah ketimbang persaudaraan (ukhuwah). Dan saya pun membatin, “Islam tidak seperti ini. Islam tidak seperti yang mereka wakili.”

Lalu saya pun bertanya, “Tidak adakah situs keislaman lain yang lebih mewakili Islam yang saya yakini dan pahami?” Ada, tapi hanya beberapa. Dan sebagian besar tidak diupdate sebagaimana mestinya. Kecuali www.nu.or.id, sepertinya tidak ada situs keislaman yang mendekati Islam yang saya pahami yang dikelola dengan baik sebagaimana situs-situs Islam garis keras.

Maka dengan bantuan teman programer saya, Saeful Uyun, saya pun memberanikan diri membuat web islami.co ini. Bagi saya, ini tak ubahnya fardhu kifayah—akan celaka kita jika tak seorang pun melakukannya. Ibarat kita menemukan bukit yang tandus, kita harus menanam pohon di atasnya. Selanjutnya, kita berharap Tuhan mengirim orang atau air hujan untuk membesarkan pohon tersebut, yang kelak mengubah bukit tandus itu menjadi kawasan hijau dan lebat. Jujur, situs-situs yang sarat pretensi dan provokasi tersebut membuat saya gelisah. Bukan hanya karena jauh dari nilai-nilai Islam dan akhlaq mulia sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, tetapi situs-situs itu juga membahayakan ukhuwah—baik di kalangan sesama muslim maupun bangsa Indonesia. Islam bagi saya adalah agama yang menekankan pentingnya akhlaq mulia, bukan sumpah serapah atau caci maki membabibuta. Islam bagi saya adalah rahmat bagi semesta, bukan agama yang ingin memonopoli kebenaran dan ruang-ruang di surga.

Akhirnya, saya berharap apa yang kami mulai bisa bermanfaat, dunia dan akhirat. Dan saya mengundang siapapun—sesuai kompetensinya masing-masing untuk menulis di situs ini. Mulai dari soal keagamaan an sich hingga yang lebih bersifat sosial. Dengan semangat yang sama: mensyiarkan Islam rahmatan lil alamin, karena kita tidak ingin Islam dibajak oleh orang-orang picik yang selalu mengatasnamakan agama dalam segala perilakunya.

Sekian, wassalam....

Mohamad Syafi' Ali
Founder web http://islami.co/
dari cerita di diatas... ada sebuah kesamaan pikiran dengan saya... ternyata banyak sekali web page di Indonesia yang menyesatkan, salah satunya adalah beberapa web yang pernah saya kunjungi di internet yang sifatnya provokatif seperti VOA-islam.com, fpi.or.id, hizbut-tahrir.or.id, arrahmah.com, dan lain-lain nya... tulisan-tulisan yang siapapun yang membaca nya akan menjadi emosi, lebih menebarkan kebencian daripada pesan kedamaian, saling membunuh itu di halalkan, bom bunuh diri dihalalkan. bahkan beberapa teroris melakukan tindakan bom bunuh diri setelah membaca web-web islam yang bersifat DOKTRIN provokatif... jadi berhati-hatilah... 


saya ingat kan... bahwa ISLAM ITU DAMAI INDAH... seperti ajaran yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW... selamat maulid Nabi Muhammad SAW, Saudara-saudara ku...

pesan dari http://islami.co/

Tuesday, January 14, 2014

Pahlawan Indonesia yang tidak pernah dihargai

ingat ga perkataan akan seorang yang katanya Ustad Miauw mengatakan bahwa "nasionalisme itu tidak penting, yang penting membela agama jelas pahala nya" jika pikiran saya jujur itu adalah pembodohan dalam bentuk agama...

baca disini:
http://touringerkonyol.blogspot.com/2014/01/nasionalisme-juga-jihad-kisah-suparlan.html


perkataan orang semacam itu bisa mengajarkan bahkan memundurkan masyarakat mengurangi jiwa nasionalisme nya dan merusak pandangan untuk membela negara. bahkan malah lebih parah tidak menghargai pahlawan nya sendiri... seperti di tread ini.... pahlawan sendiri dijadikan olok-olok...


PAHLAWAN YANG DIOLOK-OLOK?



Beberapa waktu lalu, foto ini sempat menjadi bahan olok-olokan di forum sosmed. Saya sebenarnya sangat tidak setuju dengan prilaku konyol itu, siapapun yang ada di foto tersebut, ia tetap orang tua yang layaknya harus kita hormati. Barusan tiba-tiba seorang memberitahu bahwa orang tua yang ada di foto itu sesungguhnya bukan orang sembarangan. Katanya,ia yang bernama Anwar adalah mantan seorang komandan kompi berpangkat Letnan yang pernah menghadapi Jepang, Inggris dan Belanda di Sumatera Selatan. Saat melakukan penyusupan ke Payakumbuh, ia tertangkap Belanda dan mengalami siksaan berat di penjara Padang (dipukuli dan disuruh minum air kencing).

Saya tidak tau saat ini nasibnya bagaimana, tapi pada 2008 lalu koran PosMetro sempat mengangkat nasib sang pejuang tersebut yang saat diwawancara berprofesi sebagai seorang pengemis di Kawasan Simpang Potong, Kota Padang. Rasanya kalau saya punya "amunisi cukup" saya ingin ke Padang dan menemuinya sekarang juga, sekadar untuk menghargai orang yang pernah menjadikan dirinya "bemper" untuk perjuangan negeri saya. Jika ada yang tau nasibnya sekarang, tolong, tolong..kasih tau saya. Terimakasih (hendijo)



Untuk tau siapa ortu ini, silakan lihat link ini ( walaupun saya agak kecewa tulisan yang ada di link tersebut "sangat kurang dan tidak jelas") http://komunitas-cinta-pejuang-indon...gemis-1_6.html

by: Hendi Johari,

TKP buat yang ingin donasi barangkali bisa menemukan dimari: Sumur


Spoiler for dari blogspot yang diarahkan kang hendijo:



Foto Asli



SENIN 28 Juli 2008, Simpang Potong, Kota Padang. Sebentuk tubuh tua ringkih, tampak terduduk lesuh. Tanpa alas di atas trotoar berwarna coklat. Tubuhnya hanya terbungkus kemeja buram. Kepalanya, juga tertutup kopiah hitam yang tampak sudah digerogoti usia. Kopiah itu, seolah setia menutupi rambutnya yang memutih.

Lelaki tua itu bernama Anwar berumur 94. Tanah Kuranji adalah tempat pertama yang menyambut kelahiran Anwar. Wajahnya keriput, dipenuhi bulu-bulu kasar berwarna abu-abu. Dengan gigi yang hanya tinggal dua, mulut Pak tua tampak komat-kamit, menyeringai. Sesekali, tangannya menengadah, pada setiap manusia yang berlalu. Berharap belas kasihan dan secarik uang untuk pengisi perutnya yang mulai minta diisi. Namun semua tampak acuh. Anwar tak putus asa, tangannya semakin dijulurkan.

Anwar tak punya rumah. Hidupnya hanya numpang di rumah warga Koto Baru, orang yang berbaik hati menampung tubuh ringkihnya. Hidup sendirian di hari tua ternyata membuat Anwar harus mengalah pada kerasnya dunia. 10 tahun sudah Anwar jadi pengemis. Hanya menengadahkan tangannya, itulah cara Anwar bertahan hidup. Maklum, usia yang hampir satu abad tak ada yang bisa dikerjakannya. Tulangnya rapuh.

Jangan tanyakan keluarga pada Anwar, sebab, itu hanya akan membuatnya menangis. "Saya tak punya keluarga. Istri saya sudah meninggal tahun 1960. Bersama bayi yang dikandungnya. Mati karena kurangnya gizi" terang Anwar. Air mata bening menjalar di pipi keriputnya.

Tak seperti pengemis lainnya, yang kebanyakan terbelakang dan tak pernah mengenyam pendidikan. Anwar lain. Tiga bahasa asing, Bahasa Jepang, Ingris dan Belanda dikuasainya. Bahkan waktu berdialog dengan POSMETRO sesekali lontaran ucapan berbahasa Belanda pun diucapkannya. Anwar fasih, lidah tuanya seakan sudah biasa melafazkan ucapan bahasa asing tersebut.

Semakin penasaran dengan "Pak Tua Simpang Potong" itu, Penulis pun mulai menjejeri langkah Anwar. Mencoba mengorek lebih dalam tentang dirinya. Siapa gerangan Anwar, sudah rapuh tapi kuasai tiga bahasa? Ada sesuatu cerita tersembunyi dari lembar hidup Pak tua dan itu membuat hasrat penasaran penulis kambuh!. Dua hari menyatroni Anwar di simpang Potong, akhirnya Penulis tahu kalau Anwar bukan pengemis sembarangan. Catatan sejarah terpampang dari celoteh Pak Tua itu.

Memang sekarang Anwar hanyalah pengemis tua yang menyedihkan. Hidupnya tak tentu arah. Tapi, jika merunut sejarah "tempo doeloe" Anwar adalah pemuda gagah yang ikut mengokang senjata melawan para penjajah. Pangkat yang disandang Anwarpun tak main-main, Letnan Satu, Komandan Kompi 3 Sumatra Bagian Selatan. Itulah daerah Anwar waktu menjabat sebagai serdadu bangsa untuk mengusir penjajah. Bukankah luar biasa "si Anwar Muda"?.

"Saya bekas tentara Sumatra Selatan. Di bawah pimpinan Bagindo Aziz Chan (Pejuang Pakistan -+) saya menjadi komandan Kompi 3 untuk berpetualang, melintasi medan demi menyerang Belanda. Tak terkira berbagai kisah pilu yang saya alami saat perang bergejolak. Tapi, untuk bangsa itu semua belum apa-apa. Hanya satu hal yang membuat kami bangga waktu pulang dari medan perang. Bangga jika membawa topi serdadu Belanda, itu jadi kebanggaan tersendiri dan membuat kita merasa terhormat,"ulas Anwar menatap kosong.

Lubang kecil bekas hantaman peluru yang menghiasi kaki kananya, menjadi bukti keikutsertaan Anwar berjuang untuk bangsa.

"Kaki ini ditembus peluru di Jalan Jakarta (sekarang bernama Simpang Presiden). Waktu itu hari masih pagi. Bangsa kita baru saja membuat perjanjian dengan Belanda (Perjanjian Linggar Jati). Tapi Aziz Chan menentang perjanjian itu. Belanda marah dan mengamuk. Menyerang membabi buta di tengah Kota. Hasilnya, ya kaki ini kena tembak waktu mau pulang ke Posko," terang Anwar.

Bukan sekali Anwar kena tembak, bahkan, pengap dan lembabnya dinding jeruji besi pun telah dua kali Anwar rasai. "Empat tahun saya dibui. Tertangkap waktu bergerilya, dari Padang dengan tujuan Payokumbuah yang waktu itu (tahun 1946) sedang bergejolak. Tapi sial, melewati Padangpanjang saya tertangkap Belanda. Waktu itu, peluru habis sementara kaki saya masih terbalut secarik kain yang menutupi lubang timah panas. Saya digiring, kaki dirantai, diberi golongan besi, " ungkap Anwar mencoba merunut kembali petualangan masa lalunya.

Di Panjang Panjang, Anwar diperlakukan tak senonoh oleh tentara Belanda. Hantaman bokong senjata, sayatan belati sampai minum air kencing "sang meneer" pun hampir tiap hari menyinggahi kerongkongan Anwar. Namun Sang Letnan tetap tegar. Kepalanya tetap tegak, walau kucuran darah dari pelipisnya tak pernah berhenti.

"Penjara dulu, bukan seperti sekarang. Dulu, tangan di ikat kawat berduri, kaki di ikat dengan rantai yang diberi golongan besi. Saban hari kena pukul. Bahkan, Untuk minum, mereka memberi air putih yang di campur kencing," celoteh Anwar.

Soal Nasiolisme, Anwar bak " Si Naga Bonar '' walau tua tapi kecintaannya pada Indonesia tak pernah surut. Terus berkobar. "Saya pernah ditanya belanda, apakah saya berjuang dan jadi tentara karena hanya sekedar kedudukan dan jabatan semata?. Saya jawab aja apa adanya, " "Aku berjuang untuk Negara, bukan kedudukan. Bila kelak aku mati di sini. Aku bangga, karena itu demi negara," ulas Anwar mengingat kembali peristiwa hidup yang masih segar dalam ingatannya.

Kemerdekaanpun sepenuhnya diraih Indonesia. Namun tak begitu bagi Anwar, tak ada penghargaan yang diterimanya. Pengorbanan dan perjuangannya yang dikibarkannya seorang Anwar seakan dilupakan. Anwar hilang di tengah gegap gempita eforia kemerdekaan. Ditambah kematian istri, seolah pembawa petaka. Anwar kehilangan semangat hidup. Sempat terjerumus ke dunia hitam. Anwar tobat. Tapi, hidup memang tak pernah berpihak pada Anwar. Semakin terlunta-lunta. Hingga jalan sebagai pengemispun jadi pilihan terakhirnya.

Tak ada tanda jasa, tak ada lencana penghormatan yang diterima Anwar dari Pemerintah. Bahkan gelar pahlawan veteranpun tak singgah pada Anwar. "Saya tak butuh apapun. Dulu, saya berjuang bukan untuk mendapatkan tanda jasa. Saya berjuang untuk negara. Tak perlu tanda jasa apalagi uang. Biarlah hidup begini, asal tak menganggu orang lain. Saya rela. Memang, angkatan saya yang ikut mengangkat senjata kebanyakan tenang dan menjalani masa tuanya dengan glamauran harta. Saya tak suka itu, bagi saya berjuang bukan untuk kemapanan masa tua, tapi untuk kemerdekaan bangsa. Biarlah orang memandang saya hina. Asal saya bisa tenang. Biarlah hanya makan sehari yang penting bangsa ini merdeka,"jawab Anwar tegar, segera berdiri, pergi minta segelas air kepada pedagang di depan Masjid AL-Mubarah, Sawahan.


Hari ini , Jumat (1/8) Penulis kembali berniat menemui Anwar. Namun, "Sang Letnan" menghilang dari Simpang Kandang. Dua onggok batu yang biasanya jadi sandaran Anwar kehilangan tuannya. Anwar raib. Padahal hari masih pagi, jarum jam baru berada di angka sembilan. Kemana Anwar?.

Kecewa dengan hilangnya Anwar, penulis mencoba menelusuri RTH (Ruang Terbuka Hijau) Imam Bonjol. Tempat biasanya Anwar tidur ketika penat datang mendera tubuh rentanya. Benar juga, tubuh renta Anwar tergolek diantara rumpun hijau Imam Bonjol. Namun ada yang lain dari penampilan Anwar hari ini. Bajunya tak hanya buram seperti kemarin, tapi lebih parah, kemeja biru yang dipakainya sudah tak berbuah. Mempertontonkan tulang-tulangnya yang kelihatan menonjol dibalut kulit keriput. Perutnya kempis. Sandalnyapun berlainan warna, hijau dan biru berbalut seutas tali plastik warna putih.

Mencoba mendekat, ternyata Anwar tertidur. Dadanya terlihat turun naik beraturan, membusung. Tulang dadanya semakin menonjol. Perlahan mata Anwar terbuka. Sesaat pandangannya kosong. "Tadi Saya pingsan nak, perut lapar. Padahal saya belum dapat apa-apa. Saya tak kuat berdiri. Untunglah ada seorang tukang becak yang kasihan pada saya. Membelikan saya sebungkus nasi telur. Tapi badan ini masih lemas," terang Anwar lesu.

Seperti sebelumnya, Walaupun tubuh rentanya masih lemah, Anwar tetap bercerita panjang lebar tentang kerasnya hidup yang dilewatinya selama 10 tahun hidup dijalanan. "Saya hanya kuat berdiri di simpang ini sampai pukul 11 siang. Tubuh ini sudah terlalu tua untuk lama-lama berdiri. Matahari terlalu garang. Berlainan benar waktu muda dulu, beratnya medan tempur selalu bisa saya taklukkan. Ah, sampai kapan tubuh ini bisa bertahan menunggu kepingan logam. Saya tak tahu," Anwar menerawang.

Perlahan, rentetan-rentetan kehidupan Anwar mulai terkuak. Celoteh panjang Anwar menguak tabir tersebut. Rupanya, Anwar juga pernah menjadi awak kapal barang berbendera Jerman. Lulus di Sekolah Sembilan (Belakang Tangsi) tahun 1930. Anwar mulai berpetualang. Dari tahun 1932 sampai 1939 Anwar berlayar. Dalam kurun waktu itu tak sedikit keragaman budaya yang dilihat Pak Tua.

"Saya lulus sekolah Belakang Tangsi 1930. Selanjutnya berlayar tujuh tahun mengelilingi Asia sampai ke Australia. Kemudian pulang untuk berjuang. Saya tak mau bersenang-senang di atas Kapal, sementara Bangsa kita sedang berjuang merebut kemerdekaan. Naluri kebangsaanlah yang memanggil jiwa ini untuk ikut berjuang,"
terang Anwar.

Anwar berpetualang, menyelusuri setiap pelosok Tanah Indonesia untuk berjuang mengusir Sang Meneer dari Indonesia. Awalnya hanya bermodalkan bambu runcing. Anwar akhirnya mendapatkan senjata rampasan dari tentara Belanda. Senjata ditangan, Anwar muda mulai merengsek. Memuntahkan pelurunya di barisan terdepan pejuang Indonesia.

"Pada awalnya tak ada senjata. Kami hanya bermodalkan bambu. Namun, dari tangan belanda yang berhasil kami bunuh, kami nisa memperoleh senjata. Dengan itulah kami menyerbu musuh. Mengambil topinya sebagai "cinderamata" dari medan tempur,";lanjut Anwar.

Hingga Akhirnya Indonesia merdeka. Belanda pergi dari tanah Bangsa. Tentu, kemerdekaan itu adalah hasil perjuangan pahlawan kita. Termasuk Si Anwar yang berjuang di dua episode perang tersebut. Anwar bertarung dengan gagah. Namun apa yang didapatkan sang Letnan?. Hingga detik ini Anwar masih berstatus pahlawan bangsa yang terabaikan. Pahlawan yang menyongsong hari tuanya dengan melakoni profesi sebagai pengemis. Indonesia merdeka, namun Anwar masih tetap "terjajah oleh hidup"!!.

Memang, dulu Anwar pernah diberi secarik kertas bertuliskan penganugrahan sebagai pejuang oleh Pemerintah. Namun karena jalan hidupnya yang sering berpindah tempat "surat wasiat" itu raib entah kemana. Padahal, surat itu adalah sebagai landasan Anwar untuk menerima haknya sebagai Veteran."


"Memang dulu saya diberi surat oleh Pemerintah. Kalau tak salahnya surat Bintang Grelya. Tapi surat itu sudah hilang. Kata orang surat itu adalah syarat untuk menerima tunjangan dari pemerintah. Tpi tak apalah, saya juga tak perlu itu. Kan sudah saya katakan kalau saya berjuang bukan untuk uang apalagi jabatan. Walaupun meminta-minta tapi saya tak menyusahkan orang lain. Saya sudah pernah hidup senang di atas kapal. Sekarang saatnya susah. Hidup seperti roda nak. Kadang di bawah. Sekali lagi, saya berjuang untuk Indonesia. Melihat Merah Putih berkibar tanpa gangguan itu adalah suatu kebanggaan tersendiri. Tak ada yang membuat saya bahagia kecuali melihat kibaran bendera Indonesia," celoteh Anwar.

Letnan Kolonel Anwar, pahlawan bangsa kini tak ubah hanyalah tubuh tua dekil, tak ada yang peduli. Anwar semakin pupus di tengah sibuknya Kota Bengkuang. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya" kata Bung Karno. Namun itu hanyalah barisan kata, bukan kenyataan. Tak percaya? tanyakan itu semua pada Anwar. Pahlawan kita yang hinggga saat ini masih menengadahkan tangan untuk bertahan hidup.Memang Anwar tak minta apa-apa dari perjuangannya. Tapi, apakah kita tega melihat orang yang melepaskan kita dari jeratan penjajah harus terlunta. Mengemis untuk hidup. Tanah kemerdekaan yang kita pijak adalah hasil dari muntahan peluru Pahlawan mengusir penjajah. Namun kenapa kita menutup mata untuk itu. Apakah rasa penghormatan kepada para Pahlawan sudah pudar dihantam terjangan zaman. Sekali lagi, jangan lupakan Anwar yang telah gigih perjuangkan bangsa. Pemerintah? mungkin lupa juga akan nasib Sang Kapten.


Sekali lagi! Jangan pernah berharap kepada pemerintah!
Ini kewajiban manusia... Pemerintah bukan manusia!

sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/52d27b205bcb1789080001a2

okay inilah akibatnya kemungkinan jika kita salah mendengarkan perkataan seorang yang katanya danggap ustad, nasionalisme menurun, bukan nya menghargai pahlawan malah di olok-olok... walaupun bukan pahlawan tapi paling tidak, hargailah orang tua!!!

nieh pelakunya...ternyata yang buat guyonan ga mutu... MASIH ABABIL BANGET!!!


nieh FB nya: https://www.facebook.com/guaautiskatalo

dari beberapa sumber yang saya dapat... orang tua ini sudah meninggal... inalilahi wailanlilahi raji'un... semoga tenang di alam sana :'(

semoga yang mengolok-ngolok pahlawan ini cepat disadarkan atas tindakannya....

Monday, January 13, 2014

Peringatan Penting dan Waspada !!!! SPAM

Peringatan Penting dan Waspada !!!!

Beberapa hari terakhir banyak disebar secara otomatis foto screenshot yang ribuan orang ditag dan meminta anda untuk klik lalu melakukan Ctrl+A, Ctrl+C lalu Ctrl+V di konsol browser anda.

Fitur yang ditawarkan:...

1. Cara mengetahui password FB teman.

2. Cara mengetahui isi inbox teman.

3. Cara mengganti Facebook Sport Theme.

4. Cara mengganti tema Facebook, emoji, warna-warni dan mengetahui pengintip profil.

5. How to get Followers + Likes and cool Themes.

6. Facebook Tin Theme.

Dan mungkin akan muncul seperti link dan yang lain-lain lagi.

Saya sarankan agar tidak diklik, karena link tersebut menuju sebuah aplikasi auto tag otomatis dalam bentuk script yang melakukan tag foto yang sama kepada SELURUH teman FB anda hingga mereka terpancing untuk klik juga lalu menyebarkan tag-tag dan ribuan tag lagi kepada teman-teman FB mereka.

Sangat jahat, sangat mengganggu dan akan merusak reputasi anda di Facebook karena nama andalah yang tercantum sebagai orang yang telah menyebarkan tag-tag spam itu ke seluruh teman anda...

Tips
1. Jangan klik link sembarangan saat anda login di FB.
2. Jangan coba-coba script asing yang anda tidak tahu pasti fungsinya saat anda sedang login di Facebook
3. Jika terlanjur klik atau sengaja mengeksekusi script tertentu, segera ganti password anda untuk berjaga-jaga
4. jika ingin melihat komentar-koment
ar otomatis. Segera cek/lihat di Log Aktivitas
5. Berselancarlah dengan penuh tanggung jawab karena internet bukan hanya untuk anda, tapi juga untuk teman, kerabat, kolega dan sahabat anda
Mudah-mudahan bermanfaat.

silahkan di share atau perlu di copas agar tersebarkan..

*udah gitu saja... salam panda...

Sunday, January 12, 2014

Nasionalisme juga Jihad: kisah Suparlan

geram sebenarnya saat banyak ormas-ormas lebih mendukung aksi teror dan kekerasan mengatasnamakan agama dibandingkan dengan sebuah kepedulian membantu sesama, apalagi sebuah penghargaan pahlawan kita terdahulu yang memerdekakan Indonesia yang membuat Indonesia sudah damai seperti ini... sungguh doktrin yang salah kaprah apalagi pembawa pesan ini adalah seseorang yang membawa-bawa agamanya...

sumber: screenshot twitter
okey sudah ketahuan kalau ustad itu bawa-bawa islam, jujur deh gue sendiri juga islam, tapi sebagai seseorang yang bergelar ustad...  paling tidak yah jangan nge twiit di twitter hal seperti itu juga kali... itu namanya mengajarkan masyarakat mengurangi jiwa nasionalisme nya dan merusak pandangan untuk membela negara (kita tidak ingin peristiwa G30s PKI berulang lagi kan karena luntur nya nasionalisme??)


justru guru saya, yang ustad... malah pernah bilang membantu sesama itu juga jihad... belajar itu juga jihad...

jadi kesimpulannya ingat sob!! JIHAD ITU GA HARUS BERPERANG!!! perang dan isinya cuma peraaaaaang!!!

tapi jika tetep ngeyel... jihad itu adalah berperang... okey... akan saya share sebuah perang yang dinamakan JIHAD!!!

SELINGAN CERITA DUNIA MILITER (KISAH PRAJURIT SUPARLAN YANG BERTEMPUR SENDIRI DENGAN GAGAH BERANI )

Inilah Kisah pertempuran seorang Prajurit yang siapa saja membacanya akan mengangkat Topi, sebuah pengorbanan yang luar biasa, kepada Korps, Negara dan Harga diri

Dia adalah Pratu Suparlan, Prajurit Kopasandha yang bertempur sendiri sampai gugur. orang boleh bercerita tentang hebaptkan Pasukan Gurkha dengan dibumbu bumbui seolah olah mereka adalah yang terhebat dan heroik dengan Pisau Kukriknya, Tapi Suparlan hanya bertarung hingga gugur dengan Pisau Komando ditangannya...

Suparlan adalah prajurit Kopassus yang gugur tahun 1980. Prajurit hebat ini mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan regu Kopassus dan Kostrad dari pembantaian Fretilin.

1 Unit gabungan berjumlah 9 orang (4 pers Kopassus dan 5 Personel Kostrad ) di pimpin oleh Letnan Poniman Dasuki (terakhir berpangkat Brigjen) speed 2 adalah Prada Tamsil (pangkat terakhir Peltu sudah Purnawirawan) melaksanakan Patroli di Zona Z Pedalam Timor daerah ini adalah daerah yang sangat Rawan, Masih ada tokoh tokoh seperti Lobato, Lere, David, Xanana belum muncul. saat melaksanakan Patroli tersebut mereka bertemu dengan Markas Fretelin dengan kekuatan -+ 300 orang memiliki senjata yang sangat lengkap (Senapan Serbu, Mortir dan GLM). Pasukan Fretelin ini adalah sayap militer terlatih Timor Timur yg berpengalaman perang di angola, mozambik, dll. dan dilatih oleh Pasukan Tropaz Portugal.

Pada awalnya Tim Kopassus Kostrad ini ingin menyergap Pos Pengamatan Fretelin, setelah melumpuhkan Pos Pengematan Fretelin, tiba tiba dari berbagai arah muncul Pasukan Fretelin yang lebih besar, terjadi pertempuran yang tidak berimbang 1 unit digunting dari berbagai arah, dari atas ketinggian. yang roboh pertama kali adalah personel dari Kostrad yang membawa senapan Mesin disusul oleh 3 orang berikutnya karena mereka berada di formasi paling belakang. 5 orang dari sisa unit ini terdesak hingga ke bibir Jurang sambil mereka mencari jalan pelolosan dari pihak fretelin pun jatuh korbang 8 orang, dalam keadaan terdesak dan demikian genting pasukan TNI mengadakan perlawanan sengit, tapi karena kalah jumlah dan posisi tdak menguntungkan, Unit ini mundur selangkah demi selangkah menghampiri bibir jurang, hanya ada satu celah untuk meloloskan diri, akan tetapi dibutuhkan waktu yang cepat untuk melintas sebelum pasukan Fretelin menutup celah bukit tersebut.

Kemudian Komandan Unit memerintahkan sisa unit menuju ke celah tersebut, dan Pratu Suparlan paling depan, bukannya mendengarkan perintah, Pratu suparlan mundur kebelakang tanpa mengindahkan perintah Dan Unitnya. "Komandan Bawa mereka, Saya akan menghambat mereka Komandan"

Disinilah Praka Suparlan menunjukkan sifat kepahlawanannya, antara kehormatannya sebagai laki-laki, Prajurit, Korps dan negaranya, Tanpa menghiraukan peringatan Komandan Unitnya agar mundur. Pratu Suparlan membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin milik rekannya yang gugur. Pratu Suparlan berlari kearah datangnya fretelin dan menyambutnya dengan siraman Senapan Mesin... Jatuh bangun terkena tembakan di tubuhnya Suparlan mengamuk seperti Banteng (Kata saksi fretelin yang tertangkap), mengejar mereka hingga ke semak persembunyian fretelin tidak terhitung berapa peluru yang sudah bersarang di Badannya, Pakaian Loreng Pratu Suparlan berubah warna menjadi Merah karena Darah yang mengalir ditubuhnya, Pratu Suparlan menyerang hingga munisinya Habis, kondisi Pratu Suparlan sudah mulai Lemas karena kekurangan darah, Pratu Suparlan mencabut Pisau Komando dan bertarung satu lawan satu, sepertinya Pihak fretelin berniat mempermainkan Pratu Suparlan dengan tidak membunuhnya secara langsung, suparlan betarung dengan Pisaunya merobohkan 6 orang Fretelin, hingga tanggannya tidak mampu lagi menggenggam Pisau Komandonya

Komanda Unit dengan sisa pasukannya melihat Pratu Suparlan tidak muncul, memutuskan untuk kembali mencari Pratu Suparlan dan membantu Pratu Suparlan.
Pratu Suparlan sendiri-dikelilingi oleh Ratusan Pasukan Fretelin menunggu Bala Tentara Izrail mencabut nyawanya. Pratu Suparlan adalah Prajurit yang cerdas, taktik dia melemahkan dirinya sangat tepat, saat dia terduduk, pasukan Fretelin berkerumun mendekatinya tepat disaat 1 tembakan mengenai lehernya, Suparlan hampir Roboh, Pratu Suparlan mengumpulkan sisa tenaganya mengambil 2 butir Granat di kantongnya, Pratu Suparlan mencabut Pin Granat, Dengan sigap...dan didahului lengkingan Allahuakbar !!!....digenggaman tanganx yg berisi 2 buah granat.....berlari serta meloncat berjibaku pas ditengah2 rimbunan Fretelin yang mengepungnya .....granat meledak....disertai gugurnya seorang prajurit pemberani dengan membawa bersama sejumlah musuh.

Melihat gugurx Pratu Suparlan, sisa Unit 5 orang yang sudah menguasai ketinggian, menyerang dan menembak kerumunan Fretelin dari ketinggian dengan bertubi-tubi. 3 orangpun gugur demikian juga dengan Pihak Fretelin, puluhan merenggang Nyawa, Pada saat itu Bala Bantuanpun Tiba ( Gabungan Kostrad dan Brimob ) membantu memukul mundur Fretelin kembali ke posisi markas mereka, pertempuran ini berlangsung hingga malam dan pertempuran pun terhenti.

Mayat bergelimpangan di mana-mana termasuk 7 orang Unit Pratu Suparlan, dari 9 orang, yang hidup hanya 2 orang yaitu Dan Unit dan Pratu Tamsil, jenazah jenazah itu dikumpulkan, termasuk Jenazah Pratu Suparlan yang sudah tidak utuh. Sedangkan dari Pihak Fretelin mereka kehilangan 83 orang milisinya alias tewas. Beberapa diantaranya ditangkap hidup hidup. Saat diinterogasi, anggota Fretelin ini hanya menceritakan bagaimana Pratu Suparlan bertempur sendiri sampai gugur.

KAMI TIDAK AKAN MENINGGALKAN REKAN KAMI WALAUPUN DALAM KEADAAN MATI

Oleh Karena heroiknya, Negara menganugerahkan kenaikan Pangkat kepada 7 orang Unit Suparlan yang Gugur dengan Kenaikan Pangkat satu Tingkat menjadi Prajurit Kepala, dan oleh Prabowo Subianto namanya diabadikan menjadi Nama Landasan Pacu di Pusdik Passus Batu Jajar menjadi "LANDASAN SUPARLAN"
sumber: https://m.facebook.com/gusdurhumor?ref=stream&refid=17

INI BARU JIHAD!!! MEMBELA NEGARA... BUKAN TAWURAN ALA ORMAS YANG MENGAKU JIHAD YANG CUMA MERUSAK FASILITAS UMUM DOANG BISANYA DAN NGE BOM NEGARA NYA SENDIRI....!!!

http://regional.kompasiana.com/2012/02/21/fron-pembela-islam-fpi-dan-kekerasan/
 
Yin And Yang Yin Yang